Diriwayatkan, pada suatu hari ketika Rasulullah SAW melalui bangkai kambing. Lalu baginda bersabda: “Tidakkah engkau lihat bangkai ini telah dihinakan oleh pemiliknya?” Mereka menjawab, “Jelas saja hina. Buanglah dia!” Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Demi Zat yang aku dalam kekuasaan-Nya. Sesungguhnya dunia lebih hina bagi Allah daripada bangkai kambing ini bagi pemiliknya. Kalau dunia di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk, tidak akan seteguk air pun diberikan kepada orang kafir.”
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku telah menjauhkan dunia untukmu. Janganlah engkau hidupkan dia sesudahku. Sesetengah kebusukan dunia adalah bahawa kederhakaan terhadap Allah ada di sana. Sesetengah keburukan dunia bahawa kau tidak ingat pada Akhirat kecuali dengan meninggalkannya. Ingatlah, ambillah dunia sekadarnya jangan engkau menyertainya dan beramallah. Sesungguhnya punca segala kesalahan adalah cinta dunia dan kesenangan yang sedikit dapat menyeret seseorang dalam derita yang panjang.”
Rasulullah SAW bersabda:
“Dunia itu berada di antara langit dan bumi. Sejak diciptakan, Allah tidak pernah melihatnya. Ketika hari Kiamat, dia berkata, “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dekat pada wali-wali-Mu pada hari ini.” Allah berkata, “Diamlah engkau, wahai yang tidak berguna apa-apa! Sesungguhnya Aku tidak merelakan engkau bagi mereka di dunia. Apakah Aku akan merelakanmu bagi mereka di hari ini?”
Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa di waktu pagi lebih mementingkan dunia maka dia tidak memiliki sesuatu dari Allah. Malah Allah akan menetapkan empat hal dalam hatinya; kedukaan yang tidak pernah ada putusnya, kesibukan yang tidak pernah ada rehatnya, kefakiran yang tidak pernah sampai kaya dan angan-angan yang tidak pernah ada hentinya.”
Begitulah hakikat dunia pada pandangan Allah SWT dan Rasul-Nya. Namun, kebanyakan manusia melihat yang sebaliknya. Kita mengagung-agungkan dunia dan segala perhiasannya yang bersifat fana dan lupa destinasi utama kita, Akhirat yang kekal abadi. Kejayaan dunia lebih dirisaukan jika tidak diperolehi berbanding kejayaan di Sana yang entah bagaimana nasibnya. Perebutan harta, penindasan, pertumpahan darah dan segala macam konflik antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan alam kini bukan lagi suatu kepelikan.
Jika kita masih leka bersama-sama dengan nikmat dunia, itu bererti kita masih belum yakin sepenuhnya pada Hari Akhirat, rukun iman yang kelima. Dan,tanpa kesempurnaan salah satu daripada rukun iman bererti iman kita secara keseluruhannya masih belum sempurna.
Bagaimana kita boleh mengaku beriman sedangkan dunia masih beraja di dalam hati?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar